Ada beberapa hotel di Indonesia yang pernah digunakan sebagai bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah di masa lampau. Ada juga yang bangunannya pernah menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa bersejarah
Hotel Salak The Heritage, Bogor Hotel Salak The Heritage berada di Kota Hujan, Bogor, Jawa Barat. Bangunan hotel ini pada awalnya hanya berupa rumah penginapan yang dibangun pada tahun 1856. Pembangunannya bersamaan dengan renovasi Istana Bogor (Buitenzorg Pallais) oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saat itu, Albertus Jacobus Duymaer van Twist (1851-1856). Keluarga Twist menjadi pemilik dan mengelola rumah penginapan yang kelak menjadi sebuah hotel berkelas pada masanya. Hotel itu kemudian dikenal dengan nama Binnenhof Hotel. Hotel Binnenhof bisa dianggap sebagai hotel bintang empat karena lokasinya yang dekat dengan pusat pemerintahan, istana, dan kebun raya. Setelah tahun 1948, bangunan hotel ini kemudian diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Republik Indonesia. Oleh Pemerintah yang berkuasa saat itu, hotel ini tidak mendapatkan perhatian karena mereka masih sibuk mengurusi negara yang masih seumuran jagung. Baru lah pada tahun 1950, bangunan hotel ini direnovasi dan mendapatkan nama baru yaitu Hotel Salak. Perubahan nama kembali dilakukan pada September 1998 dengan nama baru yang masih digunakan hingga kini, yaitu Hotel Salak the Heritage.
Hotel Grand Inna, Medan Hotel Grand Inna Medan merupakan salah satu hotel yang berlokasi di kota Medan, Sumatera Utara. Hotel ini dulunya dikenal sebagai Inna Dharma Deli dan memiliki sejarah panjang sebagai salah satu hotel tertua dan paling ikonik di Medan. Letaknya sangat strategis, berada di pusat kota Medan, sehingga dekat dengan berbagai destinasi wisata dan fasilitas penting lainnya. Hotel ini pertama kali dibangun pada tahun 1898 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama Hotel de Boer. Pada masa itu, Medan sedang berkembang pesat sebagai pusat perdagangan, terutama karena industri perkebunan tembakau dan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan Belanda. Hotel de Boer dibangun untuk melayani para pedagang, pejabat, dan turis yang datang ke kota. Hotel ini menjadi landmark penting di Medan dan dikenal sebagai salah satu hotel paling mewah di Sumatra pada masanya. Arsitekturnya menggabungkan gaya kolonial Eropa dengan sentuhan lokal. Pada dekade 1980-an dan 1990-an, hotel ini mengalami renovasi dan modernisasi untuk meningkatkan kenyamanan dan fasilitas bagi para tamu. Pengelolaannya dilakukan oleh PT. Hotel Indonesia Natour (HIN), sebuah perusahaan hotel milik negara. Nama Inna Dharma Deli bertahan hingga hotel ini mengalami rebranding menjadi Grand Inna Medan pada tahun 2013, sebagai bagian dari upaya memperbarui citra dan standar pelayanan hotel-hotel Inna di seluruh Indonesia.
Hotel Savoy Homann, Bandung Hotel Savoy Homann di Bandung, Jawa Barat adalah salah satu hotel bersejarah dan paling terkenal di Indonesia, dengan arsitektur ikonik dan sejarah yang terkait erat dengan perkembangan kota Bandung. Hotel ini didirikan pada akhir abad ke-19 oleh seorang warga Jerman bernama Aart Homann. Pada awalnya, hotel ini dikenal sebagai Homann Hotel dan berlokasi di kawasan strategis di Jalan Asia Afrika, Bandung, dekat dengan Gedung Merdeka yang kelak menjadi tempat bersejarah Konferensi Asia-Afrika. Pada masa itu, Bandung mulai berkembang sebagai kota peristirahatan bagi para pejabat dan pengusaha Belanda yang bekerja di Hindia Belanda. Homann Hotel dengan cepat menjadi populer karena layanan yang berkualitas dan lokasinya yang strategis. Seiring berkembangnya kota Bandung sebagai kota modern dengan julukan "Paris van Java", Homann Hotel juga mengalami renovasi besar-besaran untuk memenuhi standar internasional. Pada tahun 1939, bangunan hotel direnovasi oleh arsitek Belanda terkenal Albert Aalbers, yang memperkenalkan desain Art Deco. Hotel ini kemudian diberi nama Savoy Homann dan menampilkan arsitektur modern yang ikonik dengan lekukan-lekukan khas Art Deco, yang menjadikannya salah satu bangunan paling menarik di Bandung pada masa itu. Pada tahun 1955, Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, sebuah peristiwa penting dalam sejarah dunia yang mempertemukan para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika yang baru merdeka. Hotel Savoy Homann menjadi tempat menginap sejumlah tokoh penting, termasuk Presiden Sukarno, Jawaharlal Nehru (India), Gamal Abdel Nasser (Mesir), dan Zhou Enlai (China). Momen ini memperkuat posisi hotel sebagai landmark sejarah di Bandung. Setelah era Konferensi Asia-Afrika, Hotel Savoy Homann tetap menjadi hotel mewah dan pusat kegiatan penting di Bandung. Hotel ini terus menarik perhatian wisatawan domestik dan internasional yang tertarik dengan sejarah, arsitektur, dan lokasinya yang strategis.
Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta Hotel Royal Ambarukmo di Yogyakarta adalah salah satu hotel yang memiliki sejarah panjang dan penting di kota tersebut. Hotel ini dikenal dengan fasilitas mewah dan layanan berkualitas tinggi, serta menjadi salah satu landmark hotel di Yogyakarta. Sejarah hotel ini berawal dari Sultan Hamengku Buwono V, pemimpin Keraton Yogyakarta pada tahun 1822-1826 dan 1828-1855, yang membangun Pesanggrahan Ambarrukmo. Pada tahun 1895-1897, bangunan ini direnovasi oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Awalnya bangunan tersebut digunakan sebagai tempat menjamu tamu. Tempat ini kemudian menjadi kediaman Sultan Hamengku Buwono VII saat turun tahta. Hotel Ambarukmo pertama kali dibuka pada tahun 1973. Pada saat itu, hotel ini adalah salah satu hotel mewah yang menawarkan pengalaman menginap yang nyaman dan fasilitas modern di Yogyakarta. Lokasinya yang strategis di kawasan Ambarukmo membuatnya menjadi pilihan populer bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi Yogyakarta dan sekitarnya. Pada tahun 2005, hotel ini mengalami renovasi besar-besaran dan perubahan nama menjadi Royal Ambarukmo. Renovasi ini bertujuan untuk memperbarui fasilitas dan meningkatkan kualitas layanan, sambil tetap mempertahankan nuansa tradisional yang kental dengan budaya Jawa. Perubahan nama dan renovasi juga mencakup perbaikan desain interior dan eksterior, sehingga Royal Ambarukmo bisa memenuhi standar hotel internasional yang lebih tinggi.
Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Hotel Indonesia Kempinski di Jakarta adalah salah satu hotel mewah yang memiliki sejarah panjang dan penting di Indonesia. Terletak di pusat kota Jakarta, hotel ini dikenal karena layanan kelas atas dan arsitektur megahnya. Hotel Indonesia pertama kali dibuka pada 1962 sebagai salah satu hotel mewah pertama di Jakarta. Hotel Indonesia dibangun di pusat Jakarta menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan dirancang oleh arsitek asal Amerika Serikat Abel Sorensen dan istrinya, Wendy. Hotel ini dibangun dengan konsep modern minimalis menggabungkan nuansa Sumatera Barat. Untuk zaman 1960-an, hotel dengan gedung berdenah bentuk T ini jelas bangunan yang luar biasa megah. Tercatat sebagai hotel bintang lima pertama di Indonesia. Apalagi fasilitas seperti elevator saat itu pertama kali hadir di Hotel Indonesia. Pertama kali dibuka Hotel Indonesia 5 Agustus 1962. Ada Ganesha Wing dengan delapan lantai dan Ramayana Wing dengan 16 lantai. Hotel Indonesia selain menjadi akomodasi atlet dan perwakilan negara Asian Games, juga ditujukan sebagai identitas Indonesia dan pusat informasi wisata bagi para wisatawan asing. Dahulu, di Hotel tempat ini ada begitu banyak seni rupa terkait Indonesia seperti patung, lukisan, relief, sampai mosaik dinding yang semuanya menggambarkan keindahan Indonesia. Pada tahun 2001, hotel ini diakuisisi oleh grup perhotelan Kempinski, salah satu jaringan hotel mewah ternama di dunia. Setelah akuisisi, hotel ini dikenal sebagai Hotel Indonesia Kempinski. Renovasi besar dilakukan untuk memperbarui fasilitas dan desain hotel, sehingga memenuhi standar internasional Kempinski. Renovasi ini mencakup pembaruan pada kamar, restoran, ballroom, dan fasilitas lainnya, sambil mempertahankan elemen-elemen desain klasik dan arsitektur yang menjadi ciri khas hotel.