Volunteer

PILIHAN CANDI BUDHA DI INDONESIA

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya dan sejarah, termasuk peninggalan-peninggalan agama Buddha yang berbentuk candi. Candi-candi ini merupakan bukti kejayaan kerajaan-kerajaan Buddha di masa lampau, seperti Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Syailendra.

Candi Bahal / Candi Portibi Candi Bahal, Biaro Bahal, atau Candi Portibi adalah kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Padang Sidempuan atau berjarak sekitar 400 km dari Kota Medan. Candi ini terbuat dari bahan bata merah dan diduga berasal dari sekitar abad ke-11 dan dikaitkan dengan Kerajaan Pannai, salah satu pelabuhan di pesisir Selat Malaka yang ditaklukan dan menjadi bagian dari mandala Sriwijaya. Memiliki tiga bangunan kuno yaitu Biaro Bahal I, II dan III. Candi ini diberi nama berdasarkan nama desa tempat bangunan ini berdiri. Selain itu nama Portibi dalam bahasa Batak berarti 'dunia' atau 'bumi' istilah serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta: Pertiwi (Dewi Bumi).

Candi Murara Takus Candi Muara Takus adalah sebuah situs candi Buddha yang terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Situs ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi sulung /tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad ke-4, ada yang mengatakan abad ke-7, abad ke-9 bahkan pada abad ke-11. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarawan menganggap kawasan ini merupakan salah satu pusat pemerintahan dari kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 2009 Candi Muara Takus dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Candi Muaro Jambi Kompleks percandian Muaro Jambi merupakan peninggalan Kerajaan Malayu Kuno dan Sriwijaya, yang dikenal sebagai pusat peribadatan agama Buddha terluas di Indonesia pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Dalam konteks sejarah regional, Kerajaan Malayu dan Sriwijaya diakui memiliki pengaruh yang luas, tidak hanya di wilayah Nusantara, tetapi juga hingga ke daratan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Kedua kerajaan ini memainkan peran penting dalam percaturan politik dan ekonomi internasional, sebagai penghubung antara India dan Cina pada masanya. Muarajambi bahkan pernah menjadi pusat pendidikan Buddhisme pada abad ke-5 hingga ke-6 Masehi. Daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, China, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.

Candi Mendut Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Provimsi Jawa Tengah. Candi Mendut merupakan candi bercorak keagamaan Buddha Mahayana yang didirikan pada masa pemmerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra, masa kerajaan Mataram Kuna. Prasasti Karang Tengah yang berangka tahun 824 Masehi menyebutkan bahwa Raja Indra membangun bangunan suci bernama crimad venuvana yang berarti bangunan suci di hutan bambu. Persis di sebelah Candi Mendut terdapat Wihara Mendut. Wihara ini dahulunya adalah sebuah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an. Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun wihara. Dalam wihara ini terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan beberapa arca Buddha. Beberapa di antaranya adalah sumbangan dari Jepang.

Candi Borobudur Candi Borobudur adalah candi Buddha Mahayana terbesar di dunia, terletak di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Dibangun pada abad ke-9 oleh Dinasti Syailendra, candi ini merupakan situs warisan dunia UNESCO dan merupakan salah satu tujuan wisata paling populer di Asia Tenggara. Candi ini memiliki 10 tingkat yang terbagi menjadi 3 tingkatan yang melambangkan alam semesta dalam kosmologi Buddha. Candi-candi Buddha di Indonesia adalah warisan budaya yang tidak hanya menunjukkan kejayaan masa lalu, tetapi juga menjadi pusat spiritual, wisata, dan penelitian sejarah. Keindahan dan nilai filosofisnya menjadikan candi-candi tersebut sebagai kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal di seluruh dunia. Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-10 seiring dipindahnya pusat Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali). Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun waktu 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Terkait kepariwisataan, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Candi-candi Buddha di Indonesia adalah warisan budaya yang tidak hanya menunjukkan kejayaan masa lalu, tetapi juga menjadi pusat spiritual, wisata, dan penelitian sejarah. Keindahan dan nilai filosofisnya menjadikan candi-candi tersebut sebagai kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal di seluruh dunia.

Artikel

Artikel Terbaru